Chiki menulis ‘Bandara’ saat dirinya sedang terjebak di terminal bandara saat menunggu penerbangan sambungan untuk membawanya ke sebuah petualangan saat dirinya menjadi host sebuah acara travelling di televisi. Dengan waktu yang dia miliki, dia punya kesempatan untuk mengamati seluruh kesibukan dari setiap manusia yang ada di sekitarnya, sekaligus menikmati tiap emosi yang mengalir dari tiap orang memenuhi atmosfer dari terminal tempatnya singgah untuk sementara. Chiki merasa, bandara layaknya sebuah permen dengan berbagai rasa sekaligus merupakan miniatur dari kehidupan. Sementara di sisi lain, dia menyadari bahwa bandara adalah tempat transit sementara. Sama seperti kehidupan, Chiki juga menyadari bahwa bandara merupakan tempat yang sangat dinamis karena selalu berubah setiap menitnya.